Cara Mudah Mengembangkan Tulisan Non Fiksi



Cara Mudah Mengembangkan Tulisan Non Fiksi

"Ikatlah Ilmu dengan Tulisannya" (Ali bin Abi Thalib )

    Kutipan di atas tersirat sebuah nasihat untuk kita bahwa ilmu harus dicari dan membaca adalah salah satunya. Karena itu kita harus memiliki agar berkemampuan untuk menyediakan sarana baca. Dan itu adalah buku. Berdasarkan isinya, buku digolongkan menjadi dua yaitu buku fiksi dan buku non fiksi.

    Sejatinya setiap orang sudah tentu punya pendapat sendiri, ada yang mengatakan bahwa menulis itu butuh bakat, ada yang mengatakan menulis itu bisa dilakukan siapa saja, ada yang bilang menulis itu mudah. Intinya tidak ada pendapat yang baku. Semua orang berhak mengemukakan pendapat selagi masih dalam jalur yang benar dan memberikan dampak positif bagi orang lain.

    Seorang penulis memang bebas untuk menulis apa pun, baik fiksi atau non fiksi. Tidak ada yang melarang. Seorang sastrawan menulis tulisan ilmiah dan tidak ada yang melarang juga seorang wartawan menulis novel. Tidak jarang juga kita mengenal penulis-penulis terkenal yang bisa menulis keduanya dengan sama baiknya. Namun biasanya seorang penulis tetap akan memiliki kecenderungan untuk memilih salah satunya. Sebagaimana menulis pada akhirnya cenderung kepada panggilan hati. Menentukan tulisan fiksi atau non fiksi juga tidak dapat dipaksakan. Yang lebih penting adalah menulis dan menulislah!

    Malam ini seorang narasumber yang luar biasa, beliau mampu menulis keduanya baik fiksi maupun non fiksi. Hebat bukan? Mudah-mudahan jejak beliau menular pada semua peserta kelas menulis PGRI yang diprakarsai oleh Om Jay. Aamiin. Beliau adalah Bapak Much. Khoiri. Menyampaikan tema Cara Mengembangkan Tulisan Non Fiksi. Tidak ketinggalan moderator handal Bu Kangjeng menemani beliau memandu kuliah malam ini.

  MUCH. KHOIRI. Lahir di Desa Bacem, tahun 1965, Much. Khoiri kini dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini  trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas, dan redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan online—baik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 66 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif—baik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Bukan Jejak Budaya (2016), Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (Ed.Revisi, 2020), dan Kitab Kehidupan (Mei 2021). Dia sedang menyiapkan naskah buku tentang literasi, sastra, dan budaya. Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id. Facebook: https://www.facebook.com/much.khoiri.90. HP/WA: 081331450689.  

    Sebelum memaparkan materinya, beliau terlebih dahulu menceritakan pengalamannya dalam dunia tulis menulis sebagai motivasi kepada peserta kelas menulis malam ini.

    Pak Much Khoiri mempelajari fiksi dan non fiksi secara bersamaan, non fiksi karena kuliah dan fiksi karena masuk komunitas penulis sastra. Pada awal publikasi tulisan di koran menggunakan non fiksi yang kemudian mengirimkan cerpen dan puisi ke koran. Mulai lokal sampai nasional, bahkan ke majalah sastra nasional, yakni Horison. Buku pertama pada tahun 2011 berupa fiksi, kumpulan cerpen. Buku ke 66 tahun 2021 berupa non fiksi, berjudul "Kitan Kehidupan"pada sebuah penerbit mayor Genta Hidayah. 

    Beliau memaparkan bahwa, dalam mengembangkan tulisan akan ada beberapa teknik mulai dari definisi, penjelasan, contoh, kasus, dsb. Sejatinya semua hal tersebut tidak harus digunakan pada saat yang bersamaan, hanya yang relevan saja. Hal yang paling penting adalah perlunya latihan yang rutin. Mungkin pada tulisan awal masih belum baik, pada tulisan setelahnya bahkan sampai puluhan tulisan akan sangat membaik. Perlu diketahui bahwa pada saat berlatih kita harus punya target bahwa semakin hari harus lebih baik dari sebelumnya dan mempunyai target untuk mendidik diri agar semakin baik kedepannya. Teori itu penting namun tentunya latihan adalah hal yang wajib.

Tips mengembangkan artikel, opini, deskripsi, ekposisi non fiksi menjadi tulisan yang baik :

1. Memulai sebuah tulisan dengan membuat definisi. 

2. Memulai sebuah tulisan dengan sebuah penjelasan.

3. Memberikan contoh dari apa yang kita sampaikan

4. Memberikan sebuah kasus dari sesuatu yang kita jabarkan.

5. Membuat kutipan yang relevan dengan topik yang kita buat.

6. Menyisipkan anekdot atau humor yang kita kuasai

7. Melengkapi tulisan dengan menyisipkan ungkapan filosafis, bisa dari tokoh agama, budayawan, dll.

8. Melengkapi tulisan yang kita buat dengan sebuah peribahasa.

Rumus mendapatkan inspirasi menulis:

Prior Knowledge + Trigger = Inspiration, bekal pengetahuan + pemicu = inspirasi. Ispirasi akan muncul jika adanya bekal pengetahuan dan adanya pemicu. Bekal pengetahuan tidak lain berasal dari "Iqra" atau membaca, membaca yang tertulis dan membaca tidak menulis. Pemicu berasal dari membaca koran, obrolan, atau adanya opini atau pendapat pakar tertentu. Mulai dari hal tersebut akan muncul ide-ide terpilih yang akan menjadi tulisan terbaik. 

Motivasi menulis: Ubah dalih menjadi peluang

- Ubah dalih bahwa tidak punya bakat menjadi bakat itu bisa dibiasakan yang kemudian akan menjadi       bakat baru.

- Mengubah waktu terbatas dengan menyisihkan waktu prima untuk hal yang bermanfaat.

- Kesibukan tidak bisa disalahkan, perlu diatur.

- Niat yang kuat untuk belajar sehingga hal seperti teknik yang dianggap sulit dapat dipelajari.

- Tentang fasilitas, jika tidak ada ponsel maka gunakan pensil.

- Tidak adanya ide dapat diubah dengan banyak membaca, baik yang tertulis maupun yang tidak               tertulis.

- Tidak punya ketertiban dalam mengorganisasikan ide, hal tersebut dapat dipelajari seperti teknik             mengatur pembuka, paragraf penjelasan, kasus, dst.

- Berlatih dalam penggunaan bahasa dengan menulis. "Writing is thinking on the paper".

- Menciptakan faktor penguat untuk memaksakan diri dalam hal baik. "Ride or die".



Salam literasi dari Lebak

Jumat, 11 Juni 2021

Endah Hamidah

Pertemuan ke- 25

Resume ke-17

Gelombang 18

Narasumber : Moch.Khoiri

Moderator    : Bu Sri Sugiastuti



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Langkah Menyusun Buku

Perjalanan Silaturahim Mengasyikan